Description of behavioral change of children with autism who doing sensory integration (SI) therapy method.
Nurul Khasanah
ABSTRAK NURUL KHASANAH. 2008. Gambaran Perubahan Perilaku pada Anak Penyandang Autisme yang Melakukan Terapi Metode Sensory Integration (SI). (Dibimbing oleh Dra. Winanti S. Respati, Psi dan Andhitia Rama, S.Psi). Autisme adalah gangguan perkembangan pada anak yang ditandai dengan gangguan perilaku, gangguan komunikasi, dan gangguan interaksi. Autisme dapat terlihat pada anak, sebelum usia 3 tahun. Dalam menangani anak-anak penyandang Autisme terdapat beberapa program, yaitu program terapi intervensi dini, dan program terapi penunjang. Salah satu program terapi penunjang yang direkomendasikan oleh para profesional adalah terapi Sensory Integration (SI). Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah perubahan apa saja yang terjadi pada anak penyandang autisme yang melakukan terapi SI. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai perubahan perilaku yang terjadi pada anak penyandang autisme yang melakukan terapi Sensory Integration (SI). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Subyek penelitian ini adalah anak penyandang autisme dengan tipe hiperaktif, tipe hipoaktif, tipe non verbal dan tipe verbal, yang sedang melakukan terapi SI di klinik terapi terpadu SARANA Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan terapis dan orang tua. Data yang diperoleh diolah dengan mencatat secara deskriptif naratif, dan wawancara yang terekam dibuat transkrip secara verbatim. Dari pengolahan data diperoleh hasil, anak penyandang autisme yang mengikuti terapi SI mengalami perubahan pada aspek motorik kasar, motorik halus, emosi, perilaku, dan interaksi, sedangkan aspek bicara kurang memberikan perubahan. Subyek A, mengalami perubahan pada motorik kasar, motorik halus, dan emosi, sedangkan perilaku mengalami perubahan tetapi tergantung suasana hati, dan interaksi mengalami perubahan tetapi belum konsisten. Aspek bicara tidak mengalami perubahan, diduga karena subyek adalah penyandang autisme tipe non verbal. Subyek E, mengalami perubahan pada aspek motorik kasar, perilaku, emosi, dan interaksi. Aspek motorik halus dan bicara tidak mengalami perubahan. Subyek R, berdasarkan hasil wawancara dengan terapis, mengalami perubahan pada aspek motorik kasar, emosi, perilaku, dan interaksi, sedangkan aspek motorik halus belum ada perubahan, dan aspek bicara cenderung sama antara sebelum dan sesudah terapi SI. Sedangkan hasil wawancara dengan ibu subyek, motorik kasar saja yang mengalami perubahan, sedangkan aspek yang lain cenderung sama, antara sebelum dan sesudah terapi SI. Subyek C, mengalami perubahan pada aspek motorik kasar, motorik halus, perilaku, emosi, bicara, dan interaksi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terapi SI dapat membantu memperbaiki aspek yang mengalami gangguan pada anak penyandang autisme, seperti motorik kasar, motorik halus, interaksi, emosi, dan perilaku, sedangkan bicara kurang memberikan perubahan. Aspek yang paling banyak berubah menjadi lebih baik setelah mengikuti terapi SI pada keempat subyek adalah, aspek motorik kasar.
- No. Panggil 150 KHA d
- Edisi
- Pengarang Nurul Khasanah
- Penerbit Jakarta Universitas Esa Unggul 2008