Kebermaknaan hidup bagi wanita yang bercerai lebih Dari sekali
Krista Grasias Dipto
Perceraian merupakan kulminasi dari penyesuaian yang buruk dan terjadi bila suami istri sudah tidak mampu lagi mencari cara penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hurlock, 1992). Padahal perceraian akan menimbulkan masalah-masalah baik pada pria maupun wanita. Berbagai masalah yang dialami pasca perceraian dapat mengakibatkan penderitaan bagi wanita, yang menjadi fokus pada penelitian ini. Penderitaan akibat perceraian yang tidak dimaknai akan membuat wanita termotivasi untuk melanjutkan kehidupan. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana seorang wanita yang bercerai lebih dari sekali memaknai kehidupannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara dan perilaku-perilaku yang dapat diamati. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling berdasarkan kriteria tertentu, yaitu wanita yang bercerai lebih dari sekali. Metode pengumpulan data adalah dengan wawancara dan observasi. Data yang diperoleh cara membuat verbatim, analisis awal, pengkodingan, kategorisasi, dan melakukan interpretasi, mengajukan saran untuk penelitian selanjutnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum ketiga subyek mengalami penderitaan pasca perceraian namun segera menemukan makna. Penemuan kembali makna hidup meskipun telah mengalami kepahitan hidup akibat perceraian sangat penting, karena hal ini dapat membebaskan seseorang dari tekanan-tekanan yang ada Walaupun pada awalnya perceraian menimbulkan kesedihan pada subyek namun dengan berjalannya waktu mereka dapat menerima perceraiannya. Sikap menerima ini diikuti dengan usaha dari mereka untuk bangkit dari kesedihannya yaitu dengan cara bekerja. Dengan bekerja mereka dapat memenui tujuan hidup yang adalah membahagiakan anak-anaknya. Mereka juga mengubah sikap mereka baik secara negatif maupun positif namun perubahan sikap itu ternyata membuat hidup subyek pada akhirnya menjadi bermakna. Secara umum kebermaknaan hidup mereka rasakan ketika mereka mampu membina hubungan yang harmonis dengan keluarga. Dapat disimpulkan bahwa pada akhirnya ketiga subyek mampu memaknai kehidupannya secara baik karena ketiganya tidak merasa bahwa perceraian adalah akhir kehidupannya. Mereka dapat bangkit dari keterpurukkan pasca perceraiannya. Mereka mampu menerima peristiwa perceraiannya dengan baik sehingga pada akhirnya mereka dapat merasakan bahwa hidupnya bermakna yang mengakibatkan subyek merasakan kebahagiaan.
- No. Panggil 150 GRA k
- Edisi
- Pengarang Krista Grasias Dipto
- Penerbit Jakarta : Indonusa Esa Unggul 2008