Depresi karyawan di tinjau dari kepuasan kerja dan stress kerja (studi kasus pada perusahan multifinance)
Frida Septarita Winarko
ABSTRAK FRIDA SEPTARITA WINARKO. 2007. Depresi Karyawan Ditinjau dari Kepuasan Kerja dan Stres Kerja (Studi pada sebuah perusahaan multifinance). (Dibimbing oleh Yohanes Budiarto). Gwendolyn P. Keita, Executive Director for Public Interest dari American Psychological Association (APA) mengatakan adanya peningkatan bukti bahwa stres memegang peranan penting pada beberapa masalah kesehatan kronis, misalnya penyakit kardiovaskular, gangguan musculoskeletal dan gangguan psikologis seperti depresi. Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa depresi adalah ancaman kesehatan ke empat yang paling serius. Sedangkan pada tahun 2020, WHO memprediksi bahwa depresi adalah penyakit pembunuh nomor dua setelah serangan jantung. Survey oleh GPC International mengatakan bahwa penanganan kesehatan mental di tempat kerja seharusnya berada pada top agenda para Chief Executive Officer (CEO). Pada kasus patologis, depresi merupakan ketidakmauan yang ekstrim untuk bereaksi terhadap stimulus disertai menurunnya nilai-nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus asa (Chaplin, 2005). Depresi dapat disebabkan karena paparan stres yang terjadi pada jangka waktu yang lama. Respons stres terjadi jika individu menilai kejadian yang secara potensial akan menyebabkan stres sebagai sesuatu yang sebenarnya menimbulkan stres. Dengan kata lain sebelum stres terjadi, harus ada stressor (pemicu stress) yang dipersepsikan sebagai ancaman dan individu tidak dapat melakukan coping. Pada penelitian ini, penulis meneliti stressor yang terjadi di tempat kerja yaitu kepuasan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah stres kerja mempengaruhi secara tidak langsung hubungan antara kepuasan kerja dengan depresi klinis. Hipotesis penelitian adalah stres kerja mempengaruhi secara tidak langsung hubungan antara kepuasan kerja dengan depresi klinis. Penelitian kuantitatif ini menggunakan teknik statistik regresi dengan melakukan uji jalur untuk menguji hipotesis penelitian. Sampel penelitian adalah para asisten manajer dan manajer dari sebuah perusahaan multifinance yang berusia 27 � 57 tahun. Dari 62 skala yang didistribusikan, 42 skala yang diisi dan dikembalikan (67.74% response rate). Namun, hanya 28 skala yang diisi dengan lengkap dan dianalisa. Analisa data digunakan dengan analisa komputer menggunakan software SPSS versi 13. Metode sampling yang digunakan adalah purposive judgement. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian Skala penelitian oleh responden. Skala kepuasan kerja dimodifikasi dari Skala mahasiswa Universitas Katolik Atmajaya (Putra. 2001) berdasarkan faktor-faktor dari Two-factor Theory (Frederick Herzberg); Skala stres kerja yang penulis kembangkan berdasarkan teori stres kerja Fred Luthan dan Skala depresi klinis berdasarkan Diagnostical and Statistical Manual � IV Text Revision (DSM-IV TR). Uji jalur untuk membuktikan hipotesis penelitian mendapatkan angka standardized regression coefficient (beta) untuk pengaruh langsung antara kepuasan kerja dan depresi sebesar � (0.395) (hubungan positif yang sedang). Sedangkan untuk pengaruh tidak langsungnya didapat angka lebih tinggi yaitu sebesar � (0.584)(hubungan positif yang mantap). Analisis hubungan antara kepuasan kerja dan stres kerja dengan depresi klinis menghasilkan nilai R² sebesar 0.624. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh tidak langsung dari kepuasan kerja terhadap depresi klinis melalui stres kerja. Hasil analisa data ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Dengan kata lain, stres kerja memiliki pengaruh terhadap hubungan kepuasan kerja dan depresi. 62.4% dari variabel depresi dapat dijelaskan oleh variabel kepuasan kerja dan stres kerja dan sisanya, 37.6%, dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Perusahaan direkomendasikan untuk memfokuskan diri melakukan program-program untuk mengurangi stres kerja karena stres kerja adalah faktor yang berpengaruh pada hubungan kepuasan kerja dan depresi klinis. Perusahaan juga direkomendasikan untuk memberi perhatian untuk meningkatkan kepuasan kerja karena kepuasan kerja adalah salah satu prediktor (selain stres kerja) dari depresi klinis yang keduanya berkontribusi sebesar 64.2% terhadap terjadinya depresi klinis.
- No. Panggil 150 SEP d
- Edisi
- Pengarang Frida Septarita Winarko
- Penerbit Jakarta 2007