Gambaran coping stress lansia duda yang di tinggal mati pasangnan
Rufaida Afrianti
ABSTRAKSI Rufaida Afrianti. 2009. GAMBARAN COPING STRESS LANSIA DUDA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN. (Dibimbing oleh Dra. Sulis Mariyanti, Psi dan Drs. Mulyo Wiharto, MM. MHA) Kematian pasangan merupakan sumber stress (stressor) terberat bagi lansia. Setelah kematian istri, lansia duda harus menyesuaikan diri dengan statusnya yang baru, selain itu lansia duda juga harus menyesuaikan dirinya dengan masalah pensiun dan masalah kesehatan. Dari segi ekonomi, persoalan muncul biasanya berkaitan dengan bagaimana lansia duda memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya hidup serta biaya pengobatan bagi lansia duda yang mengandalkan uang pensiun, dan uang pemberian anak yang masih dirasakan kurang. Dari segi fisik dan kesehatan, lansia mengalami penurunan fisik yang lebih besar dibandingkan dengan usia sebelumnya. Selain itu, kondisi kesehatan yang menurun juga dialami oleh sebagian besar lansia. Kehidupan ekonomi yang terbatas bahkan mengalami kekurangan juga terkait erat dengan permasalahan-permasalahan kesehatan pada masa lansia. Hal ini dikarenakan perubahan yang dialami menimbulkan berbagai kesulitan yang dapat menjadi sumber stress (stressor) dan juga dapat bereaksi terhadap stress. Stress adalah suatu tekanan dari dalam atau luar diri yang bersifat berlebihan dan menuntut untuk melakukan penyesuaian diri (Mahsun, 2004). Stress karena kematian istri memerlukan penyesuian diri atau coping bagi lansia duda. Pemilihan strategi coping yang akan digunakan oleh lansia duda tergantung pada stress yang dihayati atau dirasakannya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang berjenis studi kasus. Tujuan penelitian ini adalah melihat Gambaran Coping Stress Lansia Duda yang Ditinggal Mati Pasangannya. Subjek penelitian ini adalah lansia duda yang berusia 65-74 tahun dan mengalami stress setelah kematian pasangan. Subjek dipilih dengan metode purposive sampling. Data diperoleh dengan wawancara mendalam dan observasi. Dari hasil wawancara tersebut, diolah dalam bentuk verbatim, koding, kategori, dan melakukan analisis banding pada ketiga subjek penelitian. Dari hasil pengolahan data diperoleh gambaran bahwa secara garis besar tidak semua subjek dalam penelitian ini mengalami stress yang bersumber dari faktor ekonomi dan fisik, namun semuanya mengalami stressor yang sama yakni stressor psikologis. Dari ketiga subjek, dua diantaranya mengalami stressor ekonomi dan juga stressor fisik (subjek I dan subjek II). Semua subjek mengalami stressor psikologis sebagai beban yang paling berat yang dihadapi dan dirasakan . Dari data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa subjek menggunakan emotional-focused-coping untuk mengatasi stress yang datangnya secara tiba-tiba. Untuk mengatasi stress stress yang dapat diantisipasi sebelumnya (ekonomi, fisik, dan sosial), ketiga subjek menggunakan problem focused coping.
- No. Panggil 150 AFR g
- Edisi
- Pengarang Rufaida Afrianti
- Penerbit JAKARTA 2009