Gambaran Stres dan coping stres pada wanita pascamenopause
Sri Mustikawati
ABSTRAKSI SRI MUSTIKAWATI. 2010. Gambaran Stress dan Coping Stress Pada Wanita Pascamenopause. (Dibimbing oleh Dra. Winanti Siwi Respati, Psi dan Dra. Safitri, MSi ) Persentase wanita yang berhenti haid terus meningkat tiap tahunnya. Dalam menjalani fase perkembangannya, wanita memiliki reaksi yang berbeda terhadap berhentinya haid. Reaksi yang biasa muncul adalah reaksi psikologis, fisik dan sosial. Berubahnya aspek fisik dapat menimbulkan tekanan emosional persepsi negatif terhadap dirinya, dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Kondisi itu dapat menjadi stressful bagi wanita yang mengalaminya. Jika hal tersebut tidak segera diatasi, dapat menjadi hambatan besar bagi mereka untuk dapat terus menjalankan kehidupannya secara normal dan sebagaimana biasanya. Dampak negatif dari stress juga akan berpengaruh pada psikisnya sehingga mengganggu keselarasan hidup keluarga dan sosial, bahkan tidak jarang pula timbul pikiran tidak baik terhadap dirinya, membiarkan diri sakit, atau bahkan mungkin akan ada pikiran bunuh diri. Untuk itu individu harus berbuat sesuatu untuk mengatasi sumber stress yang ada. Usaha yang harus dilakukan individu dalam mengatasi stress adalah penerapan strategi coping yang tepat sesuai dengan karakteristik pribadi dan situasi yang ada. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran stress dan coping stress pada wanita pascamenopause. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek penelitian dipilih secara purposive, yakni wanita yang berada pada fase pascamenopause. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam yang terstuktur dan diperkuat dengan observasi pada saat wawancara. Data hasil wawancara diolah dalam bentuk verbatim, koding, kategori, dan interpretasi berdasarkan teori yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa semua subjek mengalami sumber-sumber stres fisiologis, ekonomi, psikologis dan psikososial dalam mengalami kondisi setelah berhentinya haid. Rata-rata subjek lebih berorientasi kepada penyelesaian masalah secara emosional. Akibatnya adalah beban stres yang memberatkan subjek tidak dapat diatasi dengan baik oleh para subjek dan menimbulkan masalah secara fisik dan psikis pada masing-masing subjek. Ke empat subjek tidak melakukan emotion focused coping dalam bentuk distancing sebagai reaksi menjauhkan diri atau tidak berusaha melibatkan diri dalam permasalahan. Hal itu dikarenakan sumber stres yang ada melekat erat sebagai suatu kodrat yang harus dihadapi para subjek sebagai seorang wanita yakni mengalami kondisi pascamenopause. Subjek yang status sosialnya dan pendidikannya lebih tinggi dibandingkan para subjek yang lainnya, ternyata lebih efektif dalam mengatasi sumber stresnya dengan fokus pada permasalahan (problem focus coping) sehingga lebih mampu mengatasi sumber stresnya dari pada ke tiga subjek lain yang lebih berfokus pada emosi (emotion focused coping)
- No. Panggil 370 MUS g
- Edisi
- Pengarang Sri Mustikawati
- Penerbit jakarta 2010