Gambaran stress dan coping stress pada anak yang orangtuanya bercerai
Siti Zainur Rahma
ABSTRAKSI SITI ZAINUR RAHMA. 2003. �Gambaran Stress dan Coping Stress pada Anak yang Orangtuanya Bercerai� ( dibimbing oleh Dra. Winanti Siwi Respati, Psi dan Dra. Mulyo Wiharto, MHA ). Perceraian orangtua adalah peristiwa yang nantinya membuat anak terpisah rumah dengan salah satu orangtuanya, dan biasanya anak akan dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit antara ikut dengan ibu atau ayahnya. Situasi itu membuat anak semakin jarang bertemu dengan salah satu orangtuanya. Lingkungan juga terkadang memberikan tekanan pada anak berupa �ejekan� karena orangtuanya telah bercerai. Berbagai tekanan tersebut yang dirasakan anak akibat perceraian orangtua, dapat menjadi sumber stress (stressor). Untuk mengurangi stress, seorang anak melakukan coping stress. Untuk itu penelitian ini bertujuan menggambarkan stress anak yang orangtunya bercerai dan coping stress apa ia lakukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkip wawancara dan perilaku-perilaku yang dapat diamati. Subjek pada penelitian ini adalah tiga orang anak usia sekolah dasar 6-12 tahun yang orangtuanya bercerai. Metode pengumpulan data adalah dengan wawancara dan observasi. Data yang diperoleh di olah dengan cara membuat verbatim, analisis awal, coding, kategorisasi, dan melakukan analisis intra dan inter subjek, interpretasi dan mengajukan saran untuk penelitian selanjutnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum ketiga subjek mengalami stress setelah perceraian terjadi. Pada subjek A dan D, sama-sama masih mengharapkan orangtuanya bersatu lagi. Reaksi A dan D sama-sama merasa sedih (stress psikologis) bila mengingat perceraian orangtuanya. Sedangkan subjek F tidak menginkan hal itu, karena F mengharapkan ibunya menikah lagi dengan laki-laki lain. Coping yang digunakan A dan D berbeda, A jalan bersama teman-temanya (escepe) sedangkan D berdo�a kepada Tuhan YME (positife reappraisal). Subjek F hingga kini masih berhayal (escape) menginginkan ayah baru yang menyayangi dirinya. F juga kerap �diejek� (stress psikologis) teman-teman disekolahnya karena tidak memiliki orangtua yang lengkap. Untuk mengatasi tekanan tersebut F lebih sering �cuek� (distancing) namun bila F merasa terganggu, F langsung menegur (planful problem focus) temanya itu.
- No. Panggil 150.2 ZAI g
- Edisi
- Pengarang Siti Zainur Rahma
- Penerbit 2010