Panduan praktis diagnosis & tata laksana penyakit saraf
George Dewanto
1. Otak Kompleks demensia AIDS merupakan gambaran klinis dari infeksi langsung HIV ke jaringan otak, berbeda dengan kelainan-kelainan lain di otak yang disebabkan proses sekunder. Proses patologi terjadi di substansia alba subkortikal, thalamus dan ganglia basalis serta relative tidak banyak melibatkan korteks serebri. Daerah yang sering terinfeksi adalah daerah subkortikal yang meliputi substansia grisea bagian dalam dan substansia alba. Pada umumnya demensia muncul serta tersembunyi. Namun pada pasien dengan gangguan sistemik, perkembangan demensia menjadi lebih cepat. Dapat dijumpai juga perubahan kognitif, gangguan motorik, kelainan tingkah laku maupun nyeri kepala dan kejang. Manifestasi lanjut berupa ataksia, inkontinensia, tremor dan gangguan-gangguan regresi serta sindrom lobus frontalis lainnya. Insidens stroke meningkat pada penderita AIDS baik berupa stroke infarkmaupun hemoragik. Infark bisa berkaitan dengan arteritis, endokarditis dan vaskulopati TBC. Hemoragik mungkin dapat dikaitkan dengan limfoma primer otak. 2. Leptomening Manifestasinya antara lain dapat berupa meningitis kriptokokus, meningitis aseptik dan meningitis limfomatosa. Diagnosis dapat ditegakkan melalui fungsi lumbal atau kultur cairan serebrospinalis. Meningitis aseptik merupakan infestasi primer HIV, dengan manifestasi nyeri kepala, meningismus, demam dan defisit neurologis lain. Kelainan ini dapat sembuh sendiri atau terjadi samar-samar dengan gejala klinis minimal. 3. Medulla spinalis Manifestasi klinis disfungsi medulla spinalis dapat berupa paresis, inkontinensia atau gangguan sensorik. 4. Saraf tepi dan otot Neuropati sensorik terjadi pada 30 penderita, berupa parestesi dan nyeri di bagian distal extremitas. Keadaan ini umumnya terjadi pada perjalanan lanjut AIDS dari infeksi HIV di ganglion radiks posterior. Poliradikulopati Guillain-Barre juga dapat terjadi sebagai akibat penyakit autoimun paskainfeksi virus. Pada pasiennya dapat terjadi neuropati inflamatorik progresif yang menyerupai polineuropati demielinisasi inflamatorik kronis. Umumnya terjadi kelemahan yang progresif, yaitu arefleksia dan perubahan sensorik.
- No. Panggil 616.8 DEW p
- Edisi
- Pengarang George Dewanto
- Penerbit Jakarta EGC 2013