Celoteh R.A. Kartini
Ahmad Nurcholish
Kartini memang tidak angkat senjata atau memimpin pemerintahan seperti banyak pahlawan nasional di luar sana. Ia tidak menggalang massa atau menyerukan pemberontakan. Tapi tulisannya menggambarkan perjuangan panjang di ruang dalam yang belum selesai sekalipun kemerdekaan di ruang luar sudah tercapai Hilmar Farid, sejarawan (Gelap Terang Kartini, Jakarta: KPG Tempo, 2016) Surat-surat Kartini menggambarkan dirinya sebagai manusia dalam konteks kondisi-kondisi local yang unik dan tatanan sejarah zamannya. Dari sana, ia muncul di panggung sejarah secara tiba-tiba dan mempelopori memberikan penjelasan serta ketegasan terhadap apa yang sebelumnya tak jelas, juga kurang dirasakan secara sadar. JJ Rizal, sejarawan. (Gelap Terang Kartini, Jakarta: KPG Tempo, 2016) Kartini manusia hybrid yang gelisah dan terombang-ambing. Dan demikian pun dengan kita masing-masing, baik saya yang berasal dari Eropa dan hidup di Jawa, maupun Anda semua dengan keunikan hibriditas biografis masing-masing. Katrin Bandel, staf pengajar di Magister Ilmu Religi dan Budaya, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (pengantar dalam RA. Kartini, Emansipasi, Yogyakarta: Jalasutra, 2014)
- No. Panggil 813 NUR c
- Edisi
- Pengarang Ahmad Nurcholish
- Penerbit Jakarta Elex Media Komputindo 2018